Sepertiyang kita sebutkan sebelumnya bahwa ayat tentang harta karun terdapat dalam surat Al-Qashash berikut ini : Al Qashash : 77) Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain
وَقَالُوٓا۟ إِن نَّتَّبِعِ ٱلْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَآ ۚ أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَمًا ءَامِنًا يُجْبَىٰٓ إِلَيْهِ ثَمَرَٰتُ كُلِّ شَىْءٍ رِّزْقًا مِّن لَّدُنَّا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ Arab-Latin Wa qālū in nattabi'il-hudā ma'aka nutakhaṭṭaf min arḍinā, a wa lam numakkil lahum ḥaraman āminay yujbā ilaihi ṡamarātu kulli syai`ir rizqam mil ladunnā wa lākinna akṡarahum lā ya'lamụnArtinya Dan mereka berkata "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram tanah suci yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam tumbuh-tumbuhan untuk menjadi rezeki bagimu dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Al-Qashash 56 ✵ Al-Qashash 58 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangTafsir Berharga Berkaitan Dengan Surat Al-Qashash Ayat 57 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qashash Ayat 57 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beraneka tafsir berharga dari ayat ini. Ditemukan beraneka penjelasan dari kalangan ahli ilmu mengenai makna surat Al-Qashash ayat 57, sebagiannya sebagaimana tercantum📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaOrang-orang kafir Makkah berkata, “jika kami mengikuti kebenaran yang kamu bawa kepada kami dan kami berlepas diri dari para pembela dan tuhan-tuhan kami, niscaya kami akan diusir dari tempat kami dengan dibunuh, ditawan dan terampas kekayaan kami.” Bukankah Kami telah menjadikan mereka berkuasa di negeri yang aman, di mana Kami mengharamkan atas manusia untuk menumpahkan darah di dalamnya, dipasok kepadanya buah-buahan dari segala sesuatu tumbuhan sebagai rizki dari sisi Kami? akan tetapi, kebanyakan kaum musyrikin tidak mengerti urgensi kenikmatan-kenikmatan yang tercurah kepada mereka itu, sehingga mereka tidak mensyukuri Dzat yang telah melimpahkan karunia itu kepada mereka dan tidak menaatiNya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram57. Orang-orang musyrik dari penduduk Makkah berkata sebagai alasan tidak mengikuti Islam dan tidak beriman kepadanya, “Jika kami mengikuti Islam yang engkau bawa niscaya musuh-musuh kami akan mengusir kami dari negeri kami dengan segera.” Bukankah Kami telah meneguhkan bagi orang-orang musyrik itu Tanah Haram yang di dalamnya diharamkan pertumpahan darah dan kezaliman, mereka aman di dalamnya dari serbuan orang lain terhadap mereka, didatangkan kepada mereka segala macam buah-buahan sebagai rezeki dari sisi Kami yang Kami berikan kepada mereka, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui apa yang telah Allah rezekikan kepada mereka lalu mereka bersyukur kepada Allah atasnya.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah57. Orang-orang musyrik Makkah telah terbiasa dengan kekafiran dan kerusakan akidah, sehingga mereka mengajukan berbagai alasan batil yang menghalangi mereka masuk Islam, mereka berkata “Hai Muhammad, jika kami beriman kepadamu dan berlepas diri dari tuhan-tuhan kami, maka kabilah-kabilah arab yang ada di sekitar kami akan menyerang, menculik, dan menawan kami; dan kami tidak memiliki kekuatan untuk melawan mereka.” Allah membantah perkataan mereka bahwa Dia telah menjadikan mereka di tanah haram suci yang aman, orang yang tinggal di sana akan aman dari pembunuhan dan penawanan; dan Allah mendatangkan kepada mereka buah-buahan dengan berbagai jenis dan rasa dari negeri lain sebagai rezeki bagi mereka. Allah telah memberi mereka keamanan dan rezeki saat tidak ada yang mampu memberi mereka keamanan dan rezeki jika mereka masuk Islam. Mereka hanya perlu berpaling dari keterikatan mereka dengan kekafiran dan mengingat segala kenikmatan yang telah Allah berikan kepada mereka. Tanah suci yang mereka tinggali bukanlah keistimewaan yang diberikan oleh kabilah-kabilah arab bagi mereka, akan tetapi mayoritas mereka tidak mengetahuinya, sehingga mereka beranggapan agama Islam akan mendatangkan kezaliman kepada dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah57. وَقَالُوٓا۟ إِن نَّتَّبِعِ الْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَآ Dan mereka berkata “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami” Yakni orang-orang musyrik Quraisy dan pengikutnya mengatakan hai Muhammad, jika kami masuk agamamu, niscaya orang-orang arab yang lain akan merampas tanah kami yakni tanah Makkah, dan kami tidak memiliki kekuatan untuk melawan mereka. أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَمًا ءَامِنًاDan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram tanah suci yang aman Bukankah Kami telah menjadikan tanah ini aman bagi mereka, tidak ada seorangpun yang menzalimi keluarganya, sehingga kalian sangat aman dari serangan orang arab yang lain. يُجْبَىٰٓ إِلَيْهِ ثَمَرٰتُ كُلِّ شَىْءٍyang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam tumbuh-tumbuhan Yakni segala macam buah-buahan didatangkan ke sana dari berbagai tempat. وَلٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui Karena kebodohan dan kelalaian mereka yang sangat, serta mereka tidak memikirkan kesudahan urusan mereka.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah57. Orang-orang musyrik Quraisy berkata “Jika kami masuk agamamu wahai Muhammad, maka bangsa Arab akan menawan kami dari tanah kami yaitu Mekah, dengan menjauhkan kami dari negeri kami.” Kemudian Allah menanggapi mereka “Bukankah Kami telah menjadikan Mekah aman.” Buah-buahan dan rejeki-rejeki dibawa ke dalamnya dari berbagai tempat sebagai bentuk rejeki dari Kami bagi mereka. Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui bahwa yang Kami firmankan itu benar. Mereka itu tidak tahu dan tidak mau berpikir tentang hakikat perkara-perkara itu. Maknanya jika ini adalah keadaan mereka, yaitu penyembah berhala, lalu bagaimana bisa Kami membuat mereka ketakutan dan keluar dari rumah, jika mereka telah melekatkan diri untuk mensucikan Ka’bah dan menyatu dengannya. Ibnu Abbas berkata “Sesungguhnya orang-orang dari suku Quraisy berkata kepada Nabi SAW “Jika kami mengikutimu, maka orang-orang akan menawan kami” kemudian turunlah ayat ini”📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahMereka berkata,“Jika mengikuti petunjuk bersamamu, niscaya kami akan diusir} maka kami akan diusir dalam keadaan dibunuh dan ditawan {dari negeri kami” “Bukankah Kami telah mengukuhkan kedudukan mereka di tanah haram yang aman, yang didatangkan} dibawa dan dikumpulkan {ke tempat itu buah-buahan dari setiap jenis sebagai rezeki dari sisi Kami”} sisi Kami {Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuiMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H57. Allah mengabarkan bahwasanya orang-orang yang mendustakan dari kaum Quraisy dan penduduk Makkah berkata kepada Rasulullah, “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diserang dari negeri kami,” dengan pembunuhan, penawanan, dan perampasan harta benda. Sebab semua orang telah memusuhimu dan menyalahimu. Maka kalau kami mengikkutimu, niscaya kami menghadapi permusuhan semua orang, sedangkan kami tidak mempunyai daya untuk menghadapi mereka. Perkataan ini menunjukkan sikap buruk sangka terhadap Allah, bahwa Allah tidak akan menolong agamaNya, tidak akan meninggikan kalimatNya. Bahkan, akan membuat manusia mengalahkan para penganut agamaNya, lalu mereka menimpakan siksaan terhadap mereka. Mereka mengira bahwa kebatilan akan mengungguli kebenaran. Maka Allah berfirman seraya menjelaskan keadaan mereka yang terlindungi dari masyarakat luar dan bahwasanya Allah telah mengistimewakan mereka dengannya, seraya berfirman, “Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam tumbuh-tumbuhan untuk menjadi rizki bagimu dari sisi Kami?” maksudnya, tidakkah Kami telah menjadikan mereka berkuasa dan bertempat tinggal dengan teguh di tanah haram yang banyak didatangi oleh para delegasi dan menjadi tempat tujuan para peziarah? Ia telah diharamkan oleh orang yang dekat dan yang jauh, maka penduduknya tidak akan diganggu, dan mereka pun tidak akan dilecehkan sedikit ataupun banyak. Padahal kondisinya, semua daerah yang ada di sekitarnya telah diliputi rasa takut dari segala penjuru, penduduknya tidak merasa aman dan tidak pula merasa tentram. Maka hendaklah mereka penduduk Makkah memuji Allah Rabb mereka atas rasa aman yang menyeluruh ini, yang tidak dimiliki oleh selain mereka, dan atas rizki yang berlimpah ruah yang dibawa kepada mereka dari segala tempat, berupa berbagai buah-buahan, makanan, dan barang-barang lainnya yang dengannya mereka dapat mengambil keuntungan dan bersenang-senang; dan hendaklah mereka mengikuti Rasul yang mulia ini agar rasa aman dan kesejahteraan menjadi sempurna. Dan jangan sampai mereka mendustakannya dan kufur terhadap nikmat Allah, sehingga mereka merubah keadaan aman mereka menjadi rasa takut, kemuliaan mereka akan berubah menjadi kehinaan, dan kekayaan mereka menjadi kefakiran.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Qashash ayat 57 Berkata orang-orang kafir quraisy kepada Nabi ﷺ Sungguh kami khawatir jika kami beriman kepadamu serta mengikutimu, maka bangsa arab akan saling merampas tanah kami dengan peperangan dan perampasan, dengan memenjarakan dan menangkap kami. Apakah mereka orang-orang kafir tidak melihat bahwasanya Kamilah yang menjadikan mereka tetap di atas negeri mereka dengan aman dan tanpa kesulitan dan Kami jugalah yang menjadikan di hati-hati mereka kecintaan atas tanah haram ? Apakah mereka tidak melihat bahwasanya negeri ini terdapat banyak buah-buahan tidak sebagaimana negeri lain dan makanan, perkebunan dari segala macamnya ? Akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui apa yang mereka diberikan kenikmatan atasnya.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, orang-orang yang mendustakan dari kalangan kaum Quraisy dan penduduk Mekah. Termasuk pula dibunuh, ditawan dan dirampas harta kami. Karena orang-orang telah memusuhimu dan menyelisihimu, jika kami mengikutimu, maka berarti kami siap dimusuhi oleh semua manusia, sedangkan kami tidak memiliki kemampuan. Ucapan ini menunjukkan buruk sangkanya mereka kepada Allah, dan menyangka bahwa Allah tidak akan memenangkan agama-Nya serta meninggikan kalimat-Nya. Mereka menyangka bahwa orang-orang yang mendustakan berada di atas orang-orang yang beriman, sehingga nanti mereka akan menimpakan siksaan yang pedih dan mereka mengira bahwa yang batil akan mengalahkan yang hak. Maka pada lanjutan ayatnya, Allah menjelaskan keadaan mereka secara khusus daripada yang lain serta kelebihan yang Allah berikan kepada mereka. Di mana mereka aman dari penyerangan dan pembunuhan yang dilakukan oleh sebagian orang Arab kepada yang lain. Tempat tersebut dikunjungi oleh banyak orang, dihormati oleh orang yang dekat maupun jauh, dan penduduknya tidak dibuat ribut, sedangkan tempat-tempat yang lain di sekeliling mereka diliputi ketakutan dari berbagai sisi, penduduknya tidak aman dan tenteram, oleh karena itu hendaklah mereka puji dan syukuri Tuhan mereka karena nikmat yang sempurna itu dan karena rezeki yang banyak yang didatangkan kepada mereka dari setiap tempat, dan hendaknya mereka mengikuti Rasul yang mulia ini Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam agar keamanan dan rezeki yang banyak itu menjadi sempurna untuk mereka, serta hendaknya mereka tidak mendustakannya dan bersikap sombong atas nikmat Allah itu yang mengakibatkan keadaan mereka yang sebelumnya aman menjadi ketakutan, mulia menjadi hina, dan kaya menjadi miskin. Oleh karena itulah pada ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengancam mereka dengan mengingatkan tindakan-Nya terhadap umat-umat sebelum dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qashash Ayat 57Dan untuk menjelaskan alasan mengapa mereka tetap memegang teguh kepercayaan yang mereka anut selama ini, mereka orang-orang musyrik mekkah berkata kepada rasul, 'jika kami mengikuti petunjuk itu dengan memeluk islam dan bergabung bersama engkau, wahai nabi Muhammad, yang ajaranmu sangat berbeda dengan kepercaya-an masyarakat arab, niscaya kami akan diusir dari negeri kami, diculik dan kekuasaan kami akan direbut. ' mereka bohong dengan alasan mereka itu. Allah membantah alasan mereka itu dengan berfirman, 'bagaimana mereka berucap demikian, padahal bukankah kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram, yakni tanah suci mekah, dengan menjadikan wilayah tempat tinggal mereka sebagai negeri yang aman dari serangan dan pembunuhan; yang terus-menerus dan senantiasa sepanjang waktu didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam tumbuh-tumbuhan sebagai rezeki bagimu dari sisi kami kendati mereka kafir' sungguh, dalih mereka itu tidak logis dan apa yang mereka khawatirkan itu tidak terjadi, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui keagungan karunia tersebut. 58. Mereka tidak mengambil pelajaran dari sejarah generasi masa lampau yang mendapatkan sanksi dan kebinasaan. Dan padahal betapa banyak negeri bersama penduduknya yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya yang telah kami binasakan akibat keangkuhan dan kedurhakaan penduduknya dengan tidak mensyukuri kenyamanan hidup yang telah kami anugerahkan kepada mereka. Maka lihatlah, itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami lagi oleh manusia setelah mereka, karena penduduknya telah dipunahkan dan kediaman mereka sudah tidak layak huni, kecuali sebagian kecil yang digunakan secara singkat oleh orang-orang yang kebetulan melewatinya. Setelah kebinasaan para pendurhaka itu, tidak ada lagi yang memiliki kota itu, dan kamilah yang mewarisinya. ' setelah mereka hancur, tempat itu sudah kosong dan tidak dimakmurkan lagi, hingga kembalilah ia kepada pemiliknya yang hakiki yaitu dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Itulah kumpulan penjelasan dari beragam ulama tafsir mengenai kandungan dan arti surat Al-Qashash ayat 57 arab-latin dan artinya, moga-moga membawa manfaat bagi ummat. Dukunglah syi'ar kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan Bacaan Paling Banyak Dikunjungi Telaah berbagai topik yang paling banyak dikunjungi, seperti surat/ayat Al-Baqarah 30, Ali Imran 133, Al-Isra 23-24, Al-Jumu’ah 9, Az-Zariyat 56, Al-Baqarah 186. Juga Al-Ahzab 21, Ar-Ra’d, Al-Isra 1, Al-Baqarah 2, Al-Infithar, Ali Imran 134. Al-Baqarah 30Ali Imran 133Al-Isra 23-24Al-Jumu’ah 9Az-Zariyat 56Al-Baqarah 186Al-Ahzab 21Ar-Ra’dAl-Isra 1Al-Baqarah 2Al-InfitharAli Imran 134 Pencarian yasin 79, al maidah ayat 88 dan artinya, قل بفضل الله وبرحمته, qs al araf ayat 172, al kahfi ayat 86 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah Yangmana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan (tambahan) atas diriku (lagi). Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.". Menurut al-Thabari, perempuan yang menikah dengan Nabi Musa as adalah Shafura, bukan Layya. Kemudian sebagaimana tertera dalam ayat, Nabi Musa as bekerja dengan وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَTerjemahanDan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia. Baca ayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia -hasyr ayat 7 8 ikhlas 9 sabar 10 Nenek 11 Surah+An+Nisa+Ayat+26 12 Ali Imran 64 13 prestasi belajar 14 al maidah ayat 2 15 ibrahim 7 16 al maidah ayat 8 17 surat+al+a'rof+ayat+31 18 Al ikhlas 19 riba 20 al baqarah
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID bbdHqgNr3j1c91xvSmPjul1JndaEJOse7caxTIRiYXCPOAgs7JqNiw==
77 Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. QS. Al-Qasas.
Teks Arab, Latin, Terjemah Bahasa Indonesia dan Inggris, Tafsir dan Mufradat / Arti Perkata Surat Al-Qasas Ayat 77 Beserta dengan LatinnyaHallo adik-adik sekalian, Apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik dan sehat selalu. Pada kesempatan kali ini kakak akan menyampaikan kutipan ayat ke 77 dari Surat Al-Qasas lengkap dengan terjemah, arti perkata dan juga tafsir dari berbagai Al-Qasas sendiri merupakan surat ke 28 yang terdapat pada Juz ke 20 dalam Daftar Surat Al-Quran, Tergolong kedalam Surat Makkiyah turun di Mekkah dengan jumlah ayat sebanyak 88 ayat dan surat Al-Qashash ini memiliki arti Juga Surat Shad Ayat 27 Teks Arab, Latin, Terjemah, Arti Perkata dan TafsirSurah ini diturunkan ketika kaum muslimin masih dalam keadaan lemah ketika mereka dibelenggu kekejaman kaum Musyrikin Makkah. Allah menurunkan surah ini dengan tujuan untuk membandingkan dengan riwayat hidup Nabi Musa yang menghadapi kekejaman raja Fir’aun dan akibat dari kemewahan Qarun serta memberikan janji akan kemenangan Nabi Muhammad ini Teks Arab, Latin, Terjemah Bahasa Indonesia dan Inggris, Tafsir dan Mufradat / Arti Perkata Surat Al-Qasas Ayat 77وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَwabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīnTerjemah Surat Al-Qasas Ayat 77Bahasa IndonesiaDan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat InggrisRather, seek the ˹reward˺ of the Hereafter by means of what Allah has granted you, without forgetting your share of this world. And be good ˹to others˺ as Allah has been good to you. Do not seek to spread corruption in the land, for Allah certainly does not like the corruptors.”Arti Perkata Surat Al-Qasas Ayat 77Download Arti Perkata Lengkap OfflineBacaanArtiوَابْتَغِ dan carilahفِيْمَآ pada apaاٰتٰىكَ telah memberikan kepadamuاللّٰهُ Allahالدَّارَ rumah/kampungالْاٰخِرَةَ akhiratوَلَا dan janganتَنْسَ kamu melupakanنَصِيْبَكَ bahagianmuمِنَ dariالدُّنْيَا duniaوَاَحْسِنْ dan berbuat baiklahكَمَآ sebagaimanaاَحْسَنَ telah berbuat baikاللّٰهُ Allahاِلَيْكَ kepadamuوَلَا dan janganlahتَبْغِ kamu mencari/berbuatالْفَسَادَ kerusakanفِى diالْاَرْضِ muka bumiاِنَّ sesungguhnyaاللّٰهَ Allahلَا tidakيُحِبُّ Dia menyukaiالْمُفْسِدِيْنَorang-orang yang berbuat kerusakanDownload Arti Perkata Lengkap OfflineIsi Kandungan Surat Al-Qasas Ayat 77Point – point atau Isi Kandungan yang termuat dalam Surat Al-Qasas Ayat 77 sebagaimana yang dikutip dari situs diantaranya sebagai berikutManusia diperintahkan agar bekerja dan berusaha untuk kepentingan dunia dan Akhirat. Maksudnya kita harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan di perintahkan untuk senantiasa berbuat baikLarangan bagi manusia agar tidak berbuat kerusakanTafsir Surat Al-Qasas Ayat 77Tafsir Kemenag RINasihat di atas tidak berarti seseorang hanya boleh beribadah murni mahdah dan melarang memperhatikan dunia. Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh harta, dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu di dunia, berupa kekayaan dan karunia lainnya, dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi pada saat yang sama janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan di dunia dengan tanpa berlebihan. Dan berbuatbaiklah kepada semua orang dengan bersedekah sebagaimana atau disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan nikmat-Nya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dalam bentuk apa pun di bagian mana pun di bumi ini, dengan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan dan akan memberikan balasan atas kejahatan Kemenag Arab SaudiDan carilah pahala negeri akhirat pada apa yang Allah berikan kepadamu berupa harta benda, dengan mengamalkan ketaatan kepada Allah melalui harta itu di dunia ini. Dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari dunia dengan jalan bersenang-senang di dunia ini dengan hal-hal yang halal, tanpa berlebihan. Dan berbuat baiklah kepada orang-orang dengan memberikan sedekah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dengan memberikan harta yang banyak. Dan janganlah kamu mencari apa yang diharamkan oleh Allah berupa tindakan berbuat kerusakan di muka bumi dan penganiayaan terhadap kaummu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan dan Dia akan membalas mereka atas amal perbuatan buruk mereka.”Dengan adanya Arti Perkata Surat Al-Qasas Ayat 77 dalam bentuk tabel diatas yang tentunya juga dilengkapi teks arab, latin serta terjemah dan tafsir tentu akan lebih membantu teman-teman semua untuk artikel kali ini semoga bermanfaatTeks Arab dan Latin Surat Al-Qasas Ayat 77Terjemah Surat Al-Qasas Ayat 77Bahasa IndonesiaBahasa InggrisArti Perkata Surat Al-Qasas Ayat 77Isi Kandungan Surat Al-Qasas Ayat 77Tafsir Surat Al-Qasas Ayat 77Tafsir Kemenag RITafsir Kemenag Arab Saudi

AlQur'an Surat Al-Baqarah: 201, Dan di antara mereka ada yang berdoa, Al-Qur'an Surat Al-Baqarah: 201, Dan di antara mereka ada yang berdoa, Beranda; Nasional; Metro; (ayat 282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74

طٰسۤمّۤ Ṭā Sīm Mīm. Ṭā Sīn Mīm. تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِ Tilka āyātul-kitābil-mubīni. Itulah ayat-ayat Kitab Al-Qur’an yang jelas. نَتْلُوْا عَلَيْكَ مِنْ نَّبَاِ مُوْسٰى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ Natlū alaika min naba'i mūsā wa firauna bil-ḥaqqi liqaumiy yu'minūna. Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firʻaun dengan sebenarnya untuk kaum beriman. اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ Inna firauna alā fil-arḍi wa jaala ahlahā syiyaay yastaḍifu ṭā'ifatam minhum yużabbiḥu abnā'ahum wa yastaḥyī nisā'ahum, innahū kāna minal-mufsidīna. Sesungguhnya Firʻaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah. Dia menindas segolongan dari mereka Bani Israil. Dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuannya. Sesungguhnya dia Firʻaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى الْاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَ ۙ Wa nurīdu an namunna alal-lażīnastuḍifū fil-arḍi wa najalahum a'immataw wa najalahumul-wāriṡīna. Kami berkehendak untuk memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi Mesir itu, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi. وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَحْذَرُوْنَ Wa numakkina lahum fil-arḍi wa nuriya firauna wa hāmāna wa junūdahumā minhum mā kānū yaḥżarūna. Kami pun berkehendak untuk meneguhkan kedudukan mereka Bani Israil di bumi dan memperlihatkan kepada Firʻaun, Haman, dan bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka Bani Israil. وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ Wa auḥainā ilā mūsā an arḍiīhi, fa'iżā khifti alaihi fa'alqīhi fil yammi wa lā takhāfī wa lā taḥzanī, innā rāddūhu ilaiki wa jāilūhu minal-mursalīna. Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia Musa. Jika engkau khawatir atas keselamatan-nya, hanyutkanlah dia ke sungai Nil dalam sebuah peti yang mengapung. Janganlah engkau takut dan janganlah pula bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul.” فَالْتَقَطَهٗٓ اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَّحَزَنًاۗ اِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خٰطِـِٕيْنَ Faltaqaṭahū ālu firauna liyakūna lahum aduwwaw wa ḥazanān, inna firauna wa hāmāna wa junūdahumā kānū khāṭi'īna. Kemudian, keluarga Firʻaun memungutnya agar kelak dia menjadi musuh dan penyebab kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firʻaun, Haman, dan bala tentaranya adalah orang-orang salah. وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ Wa qālatimra'atu firauna qurratu ainil lī wa laka, lā taqtulūhu, asā ay yanfaanā au nattakhiżahū waladaw wa hum lā yasyurūna. Istri Firʻaun berkata kepadanya, “Anak ini adalah penyejuk hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan dia memberi manfaat bagi kita atau kita mengambilnya sebagai anak.” Mereka tidak menyadari bahwa anak itulah, Musa, yang kelak menjadi sebab kebinasaan mereka. وَاَصْبَحَ فُؤَادُ اُمِّ مُوْسٰى فٰرِغًاۗ اِنْ كَادَتْ لَتُبْدِيْ بِهٖ لَوْلَآ اَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ Wa aṣbaḥa fu'ādu ummi mūsā fārigān, in kādat latubdī bihī lau lā ar rabaṭnā alā qalbihā litakūna minal-mu'minīna. Hati ibu Musa menjadi hampa. Sungguh, hampir saja dia mengungkapkan bahwa bayi itu adalah anaknya, seandainya Kami tidak meneguhkan hatinya agar dia termasuk orang-orang yang beriman kepada janji Allah. وَقَالَتْ لِاُخْتِهٖ قُصِّيْهِۗ فَبَصُرَتْ بِهٖ عَنْ جُنُبٍ وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۙ Wa qālat li'ukhtihī quṣṣīhi, fabaṣurat bihī an junubiw wa hum lā yasyurūna. Dia ibu Musa berkata kepada saudara perempuan Musa, “Ikutilah jejaknya.” Kemudian, dia melihatnya dari kejauhan, sedangkan mereka pengikut Firʻaun tidak menyadarinya. ۞ وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰٓى اَهْلِ بَيْتٍ يَّكْفُلُوْنَهٗ لَكُمْ وَهُمْ لَهٗ نٰصِحُوْنَ Wa ḥarramnā alaihil-marāḍia min qablu faqālat hal adullukum alā ahli baitiy yakfulūnahū lakum wa hum lahū nāṣiḥūna. Kami mencegahnya Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui-nya sebelum kembali ke pangkuan ibunya. Berkatalah dia saudara perempuan Musa, “Maukah aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” فَرَدَدْنٰهُ اِلٰٓى اُمِّهٖ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ Faradadnāhu ilā ummihī kai taqarra ainuhā wa lā taḥzana wa litalama anna wadallāhi ḥaqquw wa lākinna akṡarahum lā yalamūna. Lalu, Kami mengembalikan dia Musa kepada ibunya agar senang hatinya serta tidak bersedih, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَاسْتَوٰىٓ اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ Wa lammā balaga asyuddahū wastawā ātaināhu ḥukmaw wa ilmān, wa każālika najzil-muḥsinīna. Setelah dia Musa dewasa dan sempurna akalnya, Kami menganugerahkan kepadanya hikmah dan pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebajikan. وَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ عَلٰى حِيْنِ غَفْلَةٍ مِّنْ اَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيْهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلٰنِۖ هٰذَا مِنْ شِيْعَتِهٖ وَهٰذَا مِنْ عَدُوِّهٖۚ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهٖ عَلَى الَّذِيْ مِنْ عَدُوِّهٖ ۙفَوَكَزَهٗ مُوْسٰى فَقَضٰى عَلَيْهِۖ قَالَ هٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِيْنٌ Wa dakhalal-madīnata alā ḥīni gaflatim min ahlihā fawajada fīhā rajulaini yaqtatilāni, hāżā min syīatihī wa hāżā min aduwwihī, fastagāṡahul-lażī min syīatihī alal-lażī min aduwwihī, fawakazahū mūsā faqaḍā alaihi, qāla hāżā min amalisy-syaiṭāni, innahū aduwwum muḍillum mubīnun. Dia Musa masuk ke kota ketika penduduknya sedang lengah. Dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki yang sedang berkelahi, seorang dari golongannya Bani Israil dan seorang lagi dari golongan musuhnya kaum Firʻaun. Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari golongan musuhnya. Musa lalu memukulnya dan tanpa sengaja membunuhnya. Dia berkata, “Ini termasuk perbuatan setan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang jelas-jelas menyesatkan.” قَالَ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَغَفَرَ لَهٗ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Qāla rabbi innī ẓalamtu nafsī fagfir lī fagafara lahū, innahū huwal-gafūrur-raḥīmu. Dia Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.” Dia Allah lalu mengampuninya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. قَالَ رَبِّ بِمَآ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ اَكُوْنَ ظَهِيْرًا لِّلْمُجْرِمِيْنَ Qāla rabbi bimā anamta alayya falan akūna ẓahīral lil-mujrimīna. Dia Musa berkata, “Ya Tuhanku, karena nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, tuntunlah aku sehingga aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berbuat durhaka.” فَاَصْبَحَ فِى الْمَدِيْنَةِ خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ فَاِذَا الَّذِى اسْتَنْصَرَهٗ بِالْاَمْسِ يَسْتَصْرِخُهٗ ۗقَالَ لَهٗ مُوْسٰٓى اِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُّبِيْنٌ Fa'aṣbaḥa fil-madīnati khā'ifay yataraqqabu fa'iżal-lażistanṣarahū bil-amsi yastaṣrikhuhū, qāla lahū mūsā innaka lagawiyyum mubīnun. Karena peristiwa itu, dia Musa menjadi ketakutan berada di kota sambil menunggu akibat dari apa yang dilakukannya. Tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan berteriak-teriak meminta pertolongan lagi kepadanya. Musa berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang jelas-jelas sesat.” فَلَمَّآ اَنْ اَرَادَ اَنْ يَّبْطِشَ بِالَّذِيْ هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَاۙ قَالَ يٰمُوْسٰٓى اَتُرِيْدُ اَنْ تَقْتُلَنِيْ كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًاۢ بِالْاَمْسِۖ اِنْ تُرِيْدُ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ جَبَّارًا فِى الْاَرْضِ وَمَا تُرِيْدُ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْمُصْلِحِيْنَ Falammā an arāda ay yabṭisya bil-lażī huwa aduwwul lahumā, qāla yā mūsā aturīdu an taqtulanī kamā qatalta nafsam bil-amsi, in turīdu illā an takūna jabbāran fil-arḍi wa mā turīdu an takūna minal-muṣliḥīna. Ketika dia Musa hendak memukul orang yang merupakan musuh mereka berdua, dia musuhnya berkata, “Wahai Musa, apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini dan tidak bermaksud menjadi salah satu dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” وَجَاۤءَ رَجُلٌ مِّنْ اَقْصَى الْمَدِيْنَةِ يَسْعٰىۖ قَالَ يٰمُوْسٰٓى اِنَّ الْمَلَاَ يَأْتَمِرُوْنَ بِكَ لِيَقْتُلُوْكَ فَاخْرُجْ اِنِّيْ لَكَ مِنَ النّٰصِحِيْنَ Wa jā'a rajulum min aqṣal-madīnati yasā, qāla yā mūsā innal-mala'a ya'tamirūna bika liyaqtulūka fakhruj innī laka minan-nāṣiḥīna. Seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu. Maka, lekaslah engkau keluar dari kota ini. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.” فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖقَالَ رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ Fakharaja minhā khā'ifay yataraqqabu, qāla rabbi najjinī minal-qaumiẓ-ẓālimīna. Maka, keluarlah dia Musa dari kota itu dengan rasa takut dan waspada. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاۤءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ يَّهْدِيَنِيْ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ Wa lammā tawajjaha tilqā'a madyana qāla asā rabbī ay yahdiyanī sawā'as-sabīli. Ketika menuju ke arah negeri Madyan, dia Musa berdoa, “Semoga Tuhanku membimbingku ke jalan yang benar.” وَلَمَّا وَرَدَ مَاۤءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ اُمَّةً مِّنَ النَّاسِ يَسْقُوْنَ ەۖ وَوَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمُ امْرَاَتَيْنِ تَذُوْدٰنِۚ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۗقَالَتَا لَا نَسْقِيْ حَتّٰى يُصْدِرَ الرِّعَاۤءُ وَاَبُوْنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ Wa lammā warada mā'a madyana wajada alaihi ummatam minan-nāsi yasqūna, wa wajada min dūnihimumra'ataini tażūdāni, qāla mā khaṭbukumā, qālatā lā nasqī ḥattā yuṣdirar-riā'u wa abūnā syaikhun kabīrun. Ketika sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum ternaknya dan dia menjumpai di belakang mereka ada dua orang perempuan sedang menghalau ternaknya dari sumber air. Dia Musa berkata, “Apa maksudmu berbuat begitu?” Kedua perempuan itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum ternak kami sebelum para penggembala itu memulangkan ternaknya, sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.” فَسَقٰى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلّٰىٓ اِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ Fasaqā lahumā ṡumma tawallā ilaẓ-ẓilli faqāla rabbi innī limā anzalta ilayya min khairin faqīrun. Maka, dia Musa memberi minum ternak kedua perempuan itu. Dia kemudian berpindah ke tempat yang teduh, lalu berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan rezeki yang Engkau turunkan kepadaku.” فَجَاۤءَتْهُ اِحْدٰىهُمَا تَمْشِيْ عَلَى اسْتِحْيَاۤءٍ ۖقَالَتْ اِنَّ اَبِيْ يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ اَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَاۗ فَلَمَّا جَاۤءَهٗ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَۙ قَالَ لَا تَخَفْۗ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ Fajā'athu iḥdāhumā tamsyī alastiḥyā'in, qālat inna abī yadūka liyajziyaka ajra mā saqaita lanā, falammā jā'ahū wa qaṣṣa alaihil-qaṣaṣa, qāla lā takhaf, najauta minal-qaumiẓ-ẓālimīna. Lalu, datanglah kepada Musa salah seorang dari keduanya itu sambil berjalan dengan malu-malu. Dia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikan-mu memberi minum ternak kami.” Ketika Musa mendatanginya dan menceritakan kepadanya kisah dirinya, dia berkata, “Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ Qālat iḥdāhumā yā abatista'jirhu, inna khaira manista'jartal-qawiyyul-amīnu. Salah seorang dari kedua perempuan itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” قَالَ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰٓى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ فَاِنْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَۚ وَمَآ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَۗ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ Qāla innī urīdu an unkiḥaka iḥdabnatayya hātaini alā an ta'juranī ṡamāniya ḥijajin, fa'in atmamta asyran famin indika, wa mā urīdu an asyuqqa alaika, satajidunī in syā'allāhu minaṣ-ṣāliḥīna. Dia ayah kedua perempuan itu berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun. Jika engkau menyempurnakannya sepuluh tahun, itu adalah suatu kebaikan darimu. Aku tidak bermaksud memberatkanmu. Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” قَالَ ذٰلِكَ بَيْنِيْ وَبَيْنَكَۗ اَيَّمَا الْاَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوْلُ وَكِيْلٌ ࣖ Qāla żālika bainī wa bainaka, ayyamal-ajalaini qaḍaitu falā udwāna alayya, wallāhu alā mā naqūlu wakīlun. Dia Musa berkata, “Itu perjanjian antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan atas diriku lagi. Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.” ۞ فَلَمَّا قَضٰى مُوْسَى الْاَجَلَ وَسَارَ بِاَهْلِهٖٓ اٰنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّوْرِ نَارًاۗ قَالَ لِاَهْلِهِ امْكُثُوْٓا اِنِّيْٓ اٰنَسْتُ نَارًا لَّعَلِّيْٓ اٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِخَبَرٍ اَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُوْنَ Falammā qaḍā mūsal-ajala wa sāra bi'ahlihī ānasa min jānibiṭ-ṭūri nārān, qāla li'ahlihimkuṡū innī ānastu nāral laallī ātīkum minhā bikhabarin au jażwatim minan-nāri laallakum taṣṭalūna. Maka, ketika Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan berangkat dengan istrinya, dia melihat api di lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya, “Tunggulah di sini. Sesungguhnya aku melihat api. Mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu atau membawa sepercik api agar kamu dapat menghangatkan badan dekat api.” فَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْاَيْمَنِ فِى الْبُقْعَةِ الْمُبٰرَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ اَنْ يّٰمُوْسٰىٓ اِنِّيْٓ اَنَا اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ Falammā atāhā nūdiya min syāṭi'il wādil aimani fil buqatil mubārakati minasy syajarati ay yā mūsā innī anallāhu rabbul-ālamīna. Maka, ketika dia Musa mendatangi api itu, dia dipanggil dari pinggir lembah di sebelah kanan Musa dari arah pohon di sebidang tanah yang diberkahi. “Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. وَاَنْ اَلْقِ عَصَاكَ ۗفَلَمَّا رَاٰهَا تَهْتَزُّ كَاَنَّهَا جَاۤنٌّ وَّلّٰى مُدْبِرًا وَّلَمْ يُعَقِّبْۗ يٰمُوْسٰىٓ اَقْبِلْ وَلَا تَخَفْۗ اِنَّكَ مِنَ الْاٰمِنِيْنَ Wa alqi aṣāka, falammā ra'āhā tahtazzu ka'annahā jānnuw wallā mudbiraw wa lam yuaqqib, yā mūsā aqbil wa lā takhaf, innaka minal-āminīna. Lemparkanlah tongkatmu!” Maka, ketika dia Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular kecil yang gesit, dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. Allah berfirman, “Wahai Musa, kemarilah dan jangan takut! Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang aman. اُسْلُكْ يَدَكَ فِيْ جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاۤءَ مِنْ غَيْرِ سُوْۤءٍ ۖوَّاضْمُمْ اِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ فَذٰنِكَ بُرْهَانٰنِ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا فٰسِقِيْنَ Usluk yadaka fī jaibika takhruj baiḍā'a min gairi sū'in, waḍmum ilaika janāḥaka minar-rahbi fażānika burhānāni mir rabbika ilā firauna wa mala'ihī, innahum kānū qauman fāsiqīna. Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, ia akan keluar dalam keadaan bercahaya putih bukan karena cacat. Dekapkanlah kedua tanganmu jika engkau takut. Itulah dua mukjizat dari Tuhanmu yang akan engkau tunjukkan kepada Firʻaun dan para pembesarnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.” قَالَ رَبِّ اِنِّيْ قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَاَخَافُ اَنْ يَّقْتُلُوْنِ Qāla rabbi innī qataltu minhum nafsan fa'akhāfu ay yaqtulūni. Musa berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang dari mereka sehingga aku takut mereka akan membunuhku. وَاَخِيْ هٰرُوْنُ هُوَ اَفْصَحُ مِنِّيْ لِسَانًا فَاَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُّصَدِّقُنِيْٓ ۖاِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يُّكَذِّبُوْنِ Wa akhī hārūnu huwa afṣaḥu minnī lisānan fa'arsilhu maiya rid'ay yuṣaddiqunī, innī akhāfu ay yukażżibūni. Adapun saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku. Maka, utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataan-ku. Sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku.” قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِاَخِيْكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطٰنًا فَلَا يَصِلُوْنَ اِلَيْكُمَا ۛبِاٰيٰتِنَا ۛ اَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغٰلِبُوْنَ Qāla sanasyuddu aḍudaka bi'akhīka wa najalu lakumā sulṭānan falā yaṣilūna ilaikumā - bi'āyātinā - antumā wa manittabaakumal-gālibūna. Dia Allah berfirman, “Kami akan menguatkanmu dengan saudaramu dan Kami akan berikan kepadamu berdua hujah mukjizat. Maka, mereka tidak akan dapat mencapaimu. Berangkatlah kamu berdua dengan membawa mukjizat Kami. Kamu berdua dan orang yang mengikutimu adalah para pemenang.” فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مُّوْسٰى بِاٰيٰتِنَا بَيِّنٰتٍ قَالُوْا مَا هٰذَآ اِلَّا سِحْرٌ مُّفْتَرًىۙ وَّمَا سَمِعْنَا بِهٰذَا فِيْٓ اٰبَاۤىِٕنَا الْاَوَّلِيْنَ Falammā jā'ahum mūsā bi'āyātinā bayyinātin qālū mā hāżā illā siḥrum muftarān, wa mā saminā bihāżā fī ābā'inal-awwalīna. Ketika Musa mendatangi mereka Firʻaun dan pengikutnya dengan membawa mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata, “Ini hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami tidak pernah mendengar ajakan ini dari nenek moyang kami dahulu.” وَقَالَ مُوْسٰى رَبِّيْٓ اَعْلَمُ بِمَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى مِنْ عِنْدِهٖ وَمَنْ تَكُوْنُ لَهٗ عَاقِبَةُ الدَّارِۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ Wa qāla mūsā rabbī alamu biman jā'a bil-hudā min indihī wa man takūnu lahū āqibatud-dāri, innahū lā yufliḥuẓ-ẓālimūna. Musa menjawab, “Tuhanku lebih mengetahui siapa yang pantas membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan yang baik di akhirat. Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak beruntung.” وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْۚ فَاَوْقِدْ لِيْ يٰهَامٰنُ عَلَى الطِّيْنِ فَاجْعَلْ لِّيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْٓ اَطَّلِعُ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوْسٰىۙ وَاِنِّيْ لَاَظُنُّهٗ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ Wa qāla firaunu yā ayyuhal-mala'u mā alimtu lakum min ilāhin gairī, fa'auqid lī yā hāmānu alaṭ-ṭīni fajal lī ṣarḥal laallī aṭṭaliu ilā ilāhi mūsā, wa innī la'aẓunnuhū minal-kāżibīna. Firʻaun berkata, “Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selainku. Wahai Haman, bakarlah tanah liat untukku untuk membuat batu bata, kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa! Sesungguhnya aku yakin bahwa dia termasuk para pendusta.” وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُوْدُهٗ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ اِلَيْنَا لَا يُرْجَعُوْنَ Wastakbara huwa wa judūduhū fil-arḍi bigairil-ḥaqqi wa ẓannū annahum ilainā lā yurjaūna. Dia Firʻaun dan bala tentaranya bersikap sombong di bumi tanpa alasan yang benar. Mereka mengira bahwa sesungguhnya mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. فَاَخَذْنٰهُ وَجُنُوْدَهٗ فَنَبَذْنٰهُمْ فِى الْيَمِّ ۚفَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظّٰلِمِيْنَ Fa'akhażnāhu wa junūdahū fanabażnāhum fil-yammi, fanẓur kaifa kāna āqibatuẓ-ẓālimīna. Kami menghukum dia Firʻaun dan bala tentaranya. Kami menenggelamkan mereka ke dalam laut. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang zalim. وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّدْعُوْنَ اِلَى النَّارِۚ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ لَا يُنْصَرُوْنَ Wa jaalnāhum a'immatay yadūna ilan-nāri, wa yaumal-qiyāmati lā yunṣarūna. Kami menjadikan mereka Firʻaun dan bala tentaranya para pemimpin yang mengajak manusia ke neraka. Pada hari Kiamat mereka tidak akan ditolong. وَاَتْبَعْنٰهُمْ فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ هُمْ مِّنَ الْمَقْبُوْحِيْنَ ࣖ Wa atbanāhum fī hāżihid-dun-yā lanahtan, wa yaumal-qiyāmati hum minal-maqbūḥīna. Kami memperikutkan laknat kepada mereka di dunia ini dan pada hari Kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan dari rahmat Allah. وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِ مَآ اَهْلَكْنَا الْقُرُوْنَ الْاُوْلٰى بَصَاۤىِٕرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَّرَحْمَةً لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ Wa laqad ātainā mūsal-kitāba mim badi mā ahlaknal-qurūnal ūlā baṣā'ira lin-nāsi wa hudaw wa raḥmatal laallahum yatażakkarūna. Sungguh, Kami benar-benar menganugerahkan kepada Musa Kitab Taurat setelah Kami membinasakan generasi terdahulu sebagai penerang, petunjuk, dan rahmat bagi manusia agar mereka mendapat pelajaran. وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ اِذْ قَضَيْنَآ اِلٰى مُوْسَى الْاَمْرَ وَمَا كُنْتَ مِنَ الشّٰهِدِيْنَ ۙ Wa mā kunta bijānibil-garbiyyi iż qaḍainā ilā mūsal-amra wa mā kunta minasy-syāhidīna. Engkau Nabi Muhammad tidak berada di sebelah barat lembah suci Tuwa ketika Kami menyampaikan risalah kepada Musa. Engkau tidak pula termasuk orang-orang yang menyaksikan kejadian itu. وَلٰكِنَّآ اَنْشَأْنَا قُرُوْنًا فَتَطَاوَلَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُۚ وَمَا كُنْتَ ثَاوِيًا فِيْٓ اَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَاۙ وَلٰكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِيْنَ Wa lākinnā ansya'nā qurūnan fataṭāwala alaihimul-umuru, wa mā kunta ṡāwiyan fī ahli madyana tatlū alaihim āyātinā, wa lākinnā kunnā mursilīna. Akan tetapi, Kami telah menciptakan beberapa umat dan telah berlalu atas mereka masa yang panjang. Engkau Nabi Muhammad tidak pula tinggal bersama-sama penduduk Madyan, sehingga dapat membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Akan tetapi, Kamilah pengutus para rasul. وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّوْرِ اِذْ نَادَيْنَا وَلٰكِنْ رَّحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اَتٰىهُمْ مِّنْ نَّذِيْرٍ مِّنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ Wa mā kunta bijānibiṭ-ṭūri iż nādainā wa lākir raḥmatam mir rabbika litunżira qaumam mā atāhum min nażīrim min qablika laallahum yatażakkarūna. Engkau Nabi Muhammad tidak pula berada di dekat gunung Sinai ketika Kami memanggil Musa. Akan tetapi, engkau mengetahuinya semata-mata karena rahmat dari Tuhanmu agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum didatangi oleh seorang pun pemberi peringatan sebelum engkau agar mereka mendapat pelajaran. وَلَوْلَآ اَنْ تُصِيْبَهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ فَيَقُوْلُوْا رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ Wa lau lā an tuṣībahum muṣībatum bimā qaddamat aidīhim fayaqūlū rabbanā lau lā arsalta ilainā rasūlan fanattabia āyātika wa nakūna minal-mu'minīna. Seandainya saja saat ditimpa azab karena apa yang mereka kerjakan mereka tidak berdalih dengan mengatakan, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami agar kami mengikuti ayat-ayat-Mu dan termasuk orang-orang mukmin?” Maka, tidak akan ada rasul yang diutus فَلَمَّا جَاۤءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوْا لَوْلَآ اُوْتِيَ مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ مُوْسٰىۗ اَوَلَمْ يَكْفُرُوْا بِمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى مِنْ قَبْلُۚ قَالُوْا سِحْرٰنِ تَظٰهَرَاۗ وَقَالُوْٓا اِنَّا بِكُلٍّ كٰفِرُوْنَ Falammā jā'ahumul-ḥaqqu min indinā qālū lau lā ūtiya miṡla mā ūtiya mūsā, awalam yakfurū bimā ūtiya mūsā min qablu, qālū siḥrāni taẓāharā, wa qālū innā bikullin kāfirūna. Ketika telah datang kepada mereka kebenaran Al-Qur’an dari sisi Kami, mereka berkata, “Mengapa tidak diberikan kepadanya Nabi Muhammad mukjizat seperti apa yang telah diberikan kepada Musa?” Bukankah mereka itu telah ingkar kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu? Mereka berkata, “Al-Qur’an dan Taurat adalah dua kitab sihir yang saling menguatkan.” Mereka juga berkata, “Sesungguhnya kami mengingkari keduanya.” قُلْ فَأْتُوْا بِكِتٰبٍ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ هُوَ اَهْدٰى مِنْهُمَآ اَتَّبِعْهُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Qul fa'tū bikitābim min indillāhi huwa ahdā minhumā attabihu in kuntum ṣādiqīna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Datangkanlah sebuah kitab dari sisi Allah yang lebih banyak memberi petunjuk daripada keduanya Taurat dan Al-Qur’an, niscaya aku mengikutinya, jika kamu orang-orang benar.” فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَاۤءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ Fa illam yastajībū laka falam annamā yattabiūna ahwā'ahum, wa man aḍallu mimmanittabaa hawāhu bigairi hudam minallāhi, innallāha lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīna. Jika mereka tidak menjawab tantanganmu, ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. ۞ وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ ۗ Wa laqad waṣṣalnā lahumul-qaula laallahum yatażakkarūna. Sungguh, Kami benar-benar telah menurunkan perkataan itu Al-Qur’an secara berkesinambungan untuk mereka agar selalu mengingat-nya. اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِهٖ هُمْ بِهٖ يُؤْمِنُوْنَ Allażīna ātaināhumul-kitāba min qablihī hum bihī yu'minūna. Orang-orang yang telah Kami anugerahkan kepada mereka Alkitab sebelum Al-Qur’an, mereka beriman pula kepadanya Al-Qur’an. وَاِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِهٖٓ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّنَآ اِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهٖ مُسْلِمِيْنَ Wa iżā yutlā alaihim qālū āmannā bihī innahul-ḥaqqu mir rabbinā innā kunnā min qablihī muslimīna. Apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Kami beriman kepadanya. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sesungguhnya sebelum ini kami adalah orang-orang muslim.” اُولٰۤىِٕكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوْا وَيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ Ulā'ika yu'tauna ajrahum marrataini bimā ṣabarū wa yadra'ūna bil-ḥasanatis-sayyi'ata wa mimmā razaqnāhum yunfiqūna. Mereka itu diberi pahala dua kali pahala beriman pada Taurat dan Al-Qur’an disebabkan kesabaran mereka. Mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka. وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ وَقَالُوْا لَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْ ۖسَلٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ لَا نَبْتَغِى الْجٰهِلِيْنَ Wa iżā samiul-lagwa araḍū anhu wa qālū lanā amālunā wa lakum amālukum, salāmun alaikum, lā nabtagil-jāhilīna. Apabila mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, salāmun alaikum semoga keselamatan tercurah kepadamu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang bodoh.” اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ Innaka lā tahdī man aḥbabta wa lākinnallāha yahdī may yasyā'u, wa huwa alamu bil-muhtadīna. Sesungguhnya engkau Nabi Muhammad tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk. Dia paling tahu tentang orang-orang yang mau menerima petunjuk. وَقَالُوْٓا اِنْ نَّتَّبِعِ الْهُدٰى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ اَرْضِنَاۗ اَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَّهُمْ حَرَمًا اٰمِنًا يُّجْبٰٓى اِلَيْهِ ثَمَرٰتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقًا مِّنْ لَّدُنَّا وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ Wa qālū in natabiil-hudā maaka nutakhaṭṭaf min arḍinā, awalam numakkil lahum ḥaraman āminay yujbā ilaihi ṡamarātu kulli syai'ir rizqam mil ladunnā wa lākinna akṡarahum lā yalamūna. Mereka berkata, “Jika mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” Allah berfirman, “Bukankah Kami telah mengukuhkan kedudukan mereka di tanah haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam tumbuh-tumbuhan sebagai rezeki bagimu dari sisi Kami?” Akan tetapi, kebanyakan mereka tidak mengetahui. وَكَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ ۢ بَطِرَتْ مَعِيْشَتَهَا ۚفَتِلْكَ مَسٰكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِّنْۢ بَعْدِهِمْ اِلَّا قَلِيْلًاۗ وَكُنَّا نَحْنُ الْوٰرِثِيْنَ Wa kam ahlaknā min qaryatim baṭirat maīsyatahā, fatilka masākinuhum lam tuskam mim badihim illā qalīlān, wa kunnā naḥnul-wāriṡīna. Betapa banyak penduduk negeri yang telah Kami binasakan karena kesenangan hidup membuatnya lalai. Maka, itulah tempat tinggal mereka yang tidak didiami lagi setelah mereka, kecuali sebagian kecil. Kamilah yang mewarisinya. وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرٰى حَتّٰى يَبْعَثَ فِيْٓ اُمِّهَا رَسُوْلًا يَّتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَاۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى الْقُرٰىٓ اِلَّا وَاَهْلُهَا ظٰلِمُوْنَ Wa mā kāna rabbuka muhlikal-qurā ḥattā yabaṡa fī ummihā rasūlay yatlū alaihim āyātinā, wa mā kunnā muhlikil-qurā illā wa ahluhā ẓālimūna. Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Tidak pernah pula Kami membinasakan penduduk negeri-negeri, kecuali penduduknya dalam keadaan zalim. وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا ۚوَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ Wa mā ūtītum min syai'in famatāul-ḥayātid-dun-yā wa zīnatuhā, wa mā indallāhi khairuw wa abqā, afalā taqilūna. Apa pun yang dianugerahkan Allah kepadamu, itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya, sedangkan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak mengerti? اَفَمَنْ وَّعَدْنٰهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيْهِ كَمَنْ مَّتَّعْنٰهُ مَتَاعَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ Afamaw waadnāhu wadan ḥasanan fahuwa lāqīhi kamam mattanāhu matāal-ḥayātid-dun-yā ṡumma huwa yaumal-qiyāmati minal-muḥḍarīna. Maka, apakah orang yang Kami janjikan kepadanya janji yang baik surga lalu dia memperolehnya sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup duniawi kemudian pada hari Kiamat dia termasuk orang-orang yang diseret ke dalam neraka? وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ Wa yauma yunādīhim fayaqūlu aina syurakā'iyal-lażīna kuntum tazumūna. Ingatlah hari ketika Dia Allah menyeru mereka dan berfirman, “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu selalu kamu sangkakan?” قَالَ الَّذِيْنَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ اَغْوَيْنَاۚ اَغْوَيْنٰهُمْ كَمَا غَوَيْنَاۚ تَبَرَّأْنَآ اِلَيْكَ مَا كَانُوْٓا اِيَّانَا يَعْبُدُوْنَ Wa qālal-lażīna ḥaqqa alaihimul-qaulu rabbanā hā'ulā'il-lażīna agwainā, agwaināhum kamā gawainā, tabarra'nā ilaika mā kānū iyyānā yabudūna. Orang-orang yang sudah pasti akan mendapatkan hukuman tokoh-tokoh musyrik berkata, “Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu. Kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami sendiri sesat. Kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri dari mereka. Mereka sekali-kali tidaklah menyembah kami.” وَقِيْلَ ادْعُوْا شُرَكَاۤءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَهُمْ ۗوَرَاَوُا الْعَذَابَۚ لَوْ اَنَّهُمْ كَانُوْا يَهْتَدُوْنَ Wa qīladū syurakā'akum fadaauhum falam yastajībū lahum wa ra'awul-ażāba, lau annahum kānū yahtadūna. Dikatakan kepada mereka, “Serulah sekutu-sekutumu.” Mereka pun menyerunya, tetapi yang diseru tidak menyambutnya. Mereka melihat azab. Mereka berkeinginan seandainya mereka dahulu mau menerima petunjuk. وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ مَاذَآ اَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِيْنَ Wa yauma yunādīhim fayaqūlu māżā ajabtumul-mursalīna. Ingatlah hari ketika Dia Allah menyeru mereka lalu berfirman, “Apa jawabanmu terhadap para rasul?” فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْاَنْۢبَاۤءُ يَوْمَىِٕذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَاۤءَلُوْنَ Fa amiyat alaihimul-ambā'u yauma'iżin fahum lā yatasā'alūna. Maka, tertutuplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu. Oleh karena itu, mereka tidak saling bertanya. فَاَمَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنَ مِنَ الْمُفْلِحِيْنَ Fa ammā man tāba wa āmana wa amila ṣāliḥan faasā ay yakūna minal-mufliḥīna. Adapun orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh mudah-mudahan termasuk orang-orang yang beruntung. وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَيَخْتَارُ ۗمَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۗسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ Wa rabbuka yakhluqu mā yasyā'u wa yakhtāru, mā kāna lahumul-khiyarahtu, subḥānallāhi wa taālā ammā yusyrikūna. Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُوْرُهُمْ وَمَا يُعْلِنُوْنَ Wa rabbuka yalamu mā tukinnu ṣudūruhum wa mā yulinūna. Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. وَهُوَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ لَهُ الْحَمْدُ فِى الْاُوْلٰى وَالْاٰخِرَةِ ۖوَلَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ Wa huwallāhu lā ilāha illā huwa, lahul-ḥamdu fil-ūlā wal-ākhirahti, wa lahul-ḥukmu wa ilaihi turjaūna. Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Bagi-Nya segala puji di dunia dan di akhirat dan bagi-Nya pula segala putusan. Hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ جَعَلَ اللّٰهُ عَلَيْكُمُ الَّيْلَ سَرْمَدًا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ اِلٰهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ بِضِيَاۤءٍ ۗ اَفَلَا تَسْمَعُوْنَ Qul ara'aitum in jaalallāhu alaikumul-laila sarmadan ilā yaumil-qiyāmati man ilāhun gairullāhi ya'tīkum biḍiyā'in, afalā tasmaūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Bagaimana pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?” قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ جَعَلَ اللّٰهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ اِلٰهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُوْنَ فِيْهِ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ Qul ara'aitum in jaalallāhu alaikumun-nahāra sarmadan ilā yaumil-qiyāmati man ilāhun gairullāhi ya'tīkum bilailin taskunūna fīhi, afalā tubṣirūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Bagaimana pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?” وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ Wa mir raḥmatihī jaala lakumul-laila wan-nahāra litaskunū fīhi wa litabtagū min faḍlihī wa laallakum tasykurūna. Berkat rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya pada siang hari, dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. وَيَوْمَ يُنَادِيْهِمْ فَيَقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ Wa yauma yunādīhim fayaqūlu aina syurakā'iyal-lażīna kuntum tazumūna. Ingatlah hari ketika Dia Allah menyeru mereka dengan berfirman, “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu selalu kamu sangkakan?” وَنَزَعْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا فَقُلْنَا هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ فَعَلِمُوْٓا اَنَّ الْحَقَّ لِلّٰهِ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ ࣖ Wa nazanā min kulli ummatin syahīdan faqulnā hātū burhānakum faalimū annal-ḥaqqa lillāhi wa ḍalla anhum mā kānū yaftarūna. Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, lalu Kami katakan, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu!” Maka, tahulah mereka bahwa yang hak itu milik Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulu mereka ada-adakan. ۞ اِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ ۖوَاٰتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَآ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَتَنُوْۤاُ بِالْعُصْبَةِ اُولِى الْقُوَّةِ اِذْ قَالَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ Inna qārūna kāna min qaumi mūsā fabagā alaihim, wa ātaināhu minal-kunūzi mā inna mafātiḥahū latanū'u bil-uṣbati ulil-quwwahti, iż qāla lahū qaumuhū lā tafraḥ, innallāha lā yuḥibbul-fariḥīna. Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ Wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsin kama aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍi, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīna. Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu pahala negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهٖ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗوَلَا يُسْـَٔلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ Qāla innamā ūtītuhū alā ilmin indī, awalam yalam annallāha qad ahlaka min qablihī minal-qurūni man huwa asyaddu minhu quwwataw wa akṡaru jamān, wa lā yus'alu an żunūbihimul-mujrimūna. Dia Qarun berkata, “Sesungguhnya aku diberi harta itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖ ۗقَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ قَارُوْنُۙ اِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ Fa kharaja alā qaumihī fī zīnatihī, qālal-lażīna yurīdūnal-ḥayātad-dun-yā yā laita lanā miṡla mā ūtiya qārūnu, innahū lażū ḥaẓẓin aẓīmin. Maka, keluarlah dia Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Andaikata kita mempunyai harta kekayaan seperti yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ۚوَلَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الصّٰبِرُوْنَ Wa qālal-lażīna ūtul-ilma wailakum ṡawābullāhi khairul liman āmana wa amila ṣāliḥān, wa lā yulaqqāhā illaṣ-ṣābirūna. Orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, “Celakalah kamu! Ketahuilah bahwa pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Pahala yang besar itu hanya diperoleh orang-orang yang sabar.” فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ Fakhasafnā bihī wa bidārihil-arḍa, famā kāna lahū min fi'atiy yanṣurūnahū min dūnillāhi, wa mā kāna minal-muntaṣirīna. Lalu, Kami benamkan dia Qarun bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri. وَاَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهٗ بِالْاَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُۚ لَوْلَآ اَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۗوَيْكَاَنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ ࣖ Wa aṣbaḥal-lażīna tamannau makānahū bil-amsi yaqūlūna waika'annallāha yabsuṭur-rizqa limay yasyā'u min ibādihī wa yaqdiru, lau lā am mannallāhu alainā lakhasafa binā, waika'annahū lā yufliḥul-kāfirūna. Orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya Qarun itu berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya dan Dia juga yang menyempitkan rezeki bagi mereka. Seandainya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak akan beruntung orang-orang yang ingkar terhadap nikmat.” تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ Tilkad-dārul-ākhiratu najaluhā lil-lażīna lā yurīdūna uluwwan fil-arḍi wa lā fasādān, wal-āqibatu lil-muttaqīna. Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Kesudahan yang baik, yakni surga itu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ خَيْرٌ مِّنْهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِيْنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ اِلَّا مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Man jā'a bil-ḥasanati falahū khairum minhā, wa man jā'a bis-sayyi'ati falā yujzal-lażīna amilus-sayyi'āti illā mā kānū yamalūna. Siapa yang datang dengan membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu. Siapa yang datang dengan membawa kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan seimbang dengan apa yang selalu mereka kerjakan. اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ مَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى وَمَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ Innal-lażī faraḍa alaikal-qur'āna larādduka ilā maādin, qur rabbī alamu man jā'a bil-hudā wa man huwa fī ḍalālim mubīnin. Sesungguhnya Allah yang mewajibkan engkau Nabi Muhammad untuk menyampaikan dan berpegang teguh pada Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah Nabi Muhammad, “Tuhanku paling mengetahui siapa yang membawa petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.” وَمَا كُنْتَ تَرْجُوْٓا اَنْ يُّلْقٰٓى اِلَيْكَ الْكِتٰبُ اِلَّا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ ظَهِيْرًا لِّلْكٰفِرِيْنَ ۖ Wa mā kunta tarjū ay yulqā ilaikal-kitābu illā raḥmatam mir rabbika falā takūnanna ẓahīral lil-kāfirīna. Engkau tidak pernah mengharap agar Kitab Al-Qur’an itu diturunkan kepadamu, tetapi ia diturunkan sebagai rahmat dari Tuhanmu. Oleh sebab itu, janganlah engkau sekali-kali menjadi penolong bagi orang-orang kafir. وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ بَعْدَ اِذْ اُنْزِلَتْ اِلَيْكَ وَادْعُ اِلٰى رَبِّكَ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ۚ Wa lā yaṣuddunnaka an āyātillāhi bada iż unzilat ilaika wadu ilā rabbika wa lā takūnanna minal-musyrikīna. Janganlah mereka sekali-kali menghalang-halangi engkau untuk menyampaikan ayat-ayat Allah setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu. Serulah manusia agar beriman kepada Tuhanmu dan janganlah engkau sekali-kali termasuk golongan orang-orang musyrik. وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ ۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖ Wa lā tadu maallāhi ilāhan ākhara, lā ilāha illā huwa, kullu syai'in hālikun illā wajhahū, lahul-ḥukmu wa ilaihi turjaūna. Jangan pula engkau sembah Tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali zat-Nya. Segala putusan menjadi wewenang-Nya dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. AnNas. 18. Al-Kahf. QS. Al-Kahf Ayat 77. 77. Maka keduanya berjalan; hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh (di negeri itu), lalu dia menegakkannya. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 1QslDbhu2CEnwoGEhdE0dX5a2QMkEocZPJ00gSQ5K6yDBYPq7EA7kA==
Padahalsusunan kalimat dalam Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 77 mengatakan demikian, Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan (QS. Al-Qashash:77) Susunan kalimat dalam ayat Al-Qur'an di atas menunjukkan
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ 77. Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. Share Copy Copy j85wh.
  • ysbb3eb475.pages.dev/169
  • ysbb3eb475.pages.dev/137
  • ysbb3eb475.pages.dev/283
  • ysbb3eb475.pages.dev/289
  • ysbb3eb475.pages.dev/302
  • ysbb3eb475.pages.dev/238
  • ysbb3eb475.pages.dev/325
  • ysbb3eb475.pages.dev/256
  • ysbb3eb475.pages.dev/222
  • surat al qashash ayat 77 latin dan artinya